STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF
( Hasil pengumpulan dan penyusunan dari
berbagai sumber informasi )
MAKALAH
( Diajukan
untuk melengkapi salah satu tugas mata kuliah Strategi Belajar Mengajar )
Disusun Oleh :
MUHAMAD YOGI
41032161121007
SATRIADI
41032161121008
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA
BANDUNG
2013
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan
Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF”
Makalah ini berisikan tentang informasi Pengertian pembelajaran
kooperatif atau yang lebih khususnya
membahas penerapan pembelajaran
kooperatif. Diharapkan Makalah ini dapat
memberikan informasi kepada kita semua tentang pembelajaran kooperatif
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga
Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
Bandung, 25 Oktober 2013
Penyusun
Muhamad Yogi
Satriadi
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................. ii
DAFTAR ISI .................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A.
Latar Belakang ..................................................................................... 1
B.
Rumusan Masalah ................................................................................ 2
C.
Tujuan .................................................................................................. 2
BAB II
PEMBAHASAN ............................................................................... 3
A.
Pengertian dan Karakteristik Strategi Pembelajaran
Kooperatif 3
B.
Kelebihan dan Kekurangan dari Strategi Pembelajaran
Kooperatif 5
C.
Pertimbangan dalam Pemilihan Strategi Pembelajaran
Kooperatif 7
D.
Langkah-langkah Pelaksanaan dari SPK ........................................... 10
E.
Upaya Memecahkan Kasus Melalui Pembelajaran Kooperatif 11
BAB III
PENUTUP ..................................................................................... 12
A.
Kesimpulan ........................................................................................ 12
B.
Saran .................................................................................................. 12
DAFTAR
PUSTAKA ................................................................................. 13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Perkembangan
peradaban kehidupan manusia secara perspektif menuntut kecakapan hidup
sebagaimana trend kebutuhan dalam era kehidupan global saat ini. Interaksi
kehidupan manusia terjadi secara global, memungkinkan terjadinya banyak
benturan baik yang bersifat budaya maupun kepribadian. Budaya dan kepribadian
manusia sesungguhnya banyak dipengaruhi oleh keyakinan dan tingkat pengetahuan
yang diperoleh dari proses pendidikan. Dengan demikian, anak sepatutnya
mendapatkan pendidikan tentang budaya kehidupan global dengan bekal kemampuan
interaksi dan kolaborasi yang baik.
Kurikulum
pendidikan nasional tahun 2006, menetapkan prinsip pelaksanaan kurikulum
didasarkan pada potensi, karakteristik, perkembangan dan kondisi peserta didik
untuk menguasai kompetensi yang berguna bagi dirinya. Dalam hal ini siswa harus
mendapatkan pelayanan pendidikan memberi kesempatan untuk mengekspresikan
dirinya secara bebas, dinamis dan menyenangkan dengan menegakkan pilar belajar
hidup dalam kebersamaan dengan saling berbagi dan saling menghargai.
Pembelajaran secara konstruktif dapat memberikan pengakuan terhadap pandangan
dan pengalaman siswa dalam menghadapi dan menyelesaikan situasi yang tidak
tentu. Untuk mewujudkan prinsip pelaksanaan kurikulum tersebut di atas,
pembelajaran harus dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan multistrategi,
multimedia dan multiresource.
Salah satu
strategi yang dapat diterapkan dalam pembelajaran di kelas adalah pembelajaran
kooperatif. Pembelajaran kooperatif telah dikembangkan melalui riset ilmiah
diberbagai negara di dunia, sehingga sitematikanya dapat diterapkan disemua
tingkat pendidikan dan di semua mata pelajaran. Strategi pembelajaran kooperatif telah dikembangkan dalam berbagai tipe
variasi, di antaranya adalah Think-Pair-Share, Students Teams Achievement
Devition, Teams Games-Turnament, Jigsaw, dan sebagainya. Tipe pembelajaran
tersebut memiliki penekanan yang berbeda tetapi semuanya masih dalam konsep
regular
dari
pembelajaran kooperatif. Misalnya, Think-Pair-Share memiliki penekanan terhadap
pengembangan kemampuan siswa menguji ide dan pemahamannya sendiri dan menerima
umpan balik. Sedangkan Teams Games-Tournament menekankan pada tanggung jawab
individu dalam berkonstribusi terhadap kesuksesan kelompok dalam suasana
kompetitif dan lainnya. Dan pada makalah ini akan kami paparkan lebih lanjut
hal-hal yang bersangkutan dengan strategi pembelajaran kooperatif.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah yang
dikemukakan di atas, maka masalah dalam makalah ini dirumuskan sebagai berikut :
1) Apa pengertian
dan karakteristik dari Pembelajaran Kooperatif?
2) Apakah
kelebihan dan kekurangan Pembelajaran Kooperatif?
3) Bagaimana
pertimbangan dalam pemilihan Stratetgi Pembelajaran Kooperatif?
4) Bagaimana
langkah-langkah pelaksanaan Strateri Pembelajaran Kooperatif?
5) Bagaimana
upaya memecahkan kasus melalui
Pembelajaran Kooperatif?
C. Tujuan
1)
Untuk mengetahui pengertian dan karakteristik dari Pembelajaran
Kooperatif.
2) Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari
Pembelajaran Kooperatif.
3) Untuk
mengetahui pertimbangan dalam pemilihan Strategi Pembelajaran. Kooperatif.
4) Untuk mengetahui langkah- langkah pelaksaan
Strategi Pembelajaran Kooperatif.
5) Untuk mengetahui upaya memecahkan kasus melalui
Pembelajaran Kooperatif.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Dan
Karakteristik Pembelajaran Kooperatif
Model
pembelajaran kooperatif bukanlah hal yang sama sekali baru bagi guru. Apakah
model pembelajaran kooperatif itu? Model pembelajaran kooperatif merupakan
suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok- kelompok. Setiap
siswa yang ada dalam kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda
(tinggi, sedang dan rendah) dan jika memungkinkan anggota kelompok berasal dari
ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan jender. Model
pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja sama dalam menyelesaikan
permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka
mencapai tujuan pembelajaran.
Menurut Kagan, pembelajaran kooperatif adalah strategi pengajaran yang sukses di
mana tim kecil, masing-masing dengan siswa dari tingkat kemampuan yang berbeda,
menggunakan berbagai aktivitas belajar untuk meningkatkan pemahaman mereka
tentang suatu subjek. Setiap anggota tim bertanggung jawab tidak hanya untuk
belajar apa yang diajarkan tetapi juga untuk membantu rekan belajar, sehingga
menciptakan suasana prestasi bersama-sama. Siswa bekerja melalui penugasan sampai semua anggota kelompok berhasil
memahami dan menyelesaikannya.
Beberapa poin definisi strategi
pembelajaran kooperatif yaitu :
1. Pembelajaran
kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar menciptakan interaksi yang silih asah sehingga sumber belajar bagi siswa bukan hanya guru dan
buku ajar, tetapi juga sesama siswa.
2.
Pembelajaran
kooperatif adalah sistem pembelajaran
yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan sesama siswa
dalam tugas-tugas yang terstruktur,dan dalam sistem ini guru
bertindak sebagai fasilitator.
3. Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan
sistematis mengembangkan interaksi yang silih asah, silih asih, dan silih asuh
antarsesama
siswa sebagai
latihan hidup di dalam masyarakat nyata. Berfikir berdua atau lebih jauh
lebih baik dari pada berfikir sendiri.
Adapun karakteristik dari
pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:
1. Pembelajaran
secara tim
2. Berdasarkan
pada managemen kooperatif
3. Kemauan untuk
bekerjasama
4. Keterampilan
bekerjasama.
Lingkungan belajar
untuk pembelajaran kooperatif dicirikan oleh peran aktif siswa dalam menemukan
apa yang harus dipelajari dan bagaimana mempelajarinya. Iklim demokratis
dikembangkan oleh guru dalam mengambil keputusan terhadap pemecahan masalah
yang timbul dalam pembelajaran. Dalam pembentukan kelompok, guru menerapkan
suatu struktur dengan memperhatikan heterogenitas kemampuan, jenis kelamin,
suku, kelas sosial, agama, kepribadian, usia, bahasa dan lain sebagainya.
Semua prosedur didefinisikan secara baik sehingga semua siswa memahaminya.
Namun, siswa diberi kebebasan dalam mengendalikan aktivitas mereka di
dalam kelompoknya untuk mencapai tujuan yang ditargetkan bersama.
Pembelajaran kooperatif dibangun
dari beberapa elemen , diantaranya sebagai berikut:
a) Saling ketergantungan secara positif (Positive Interdependence).
Bahwasanya setiap anggota tim saling membutuhkan untuk sukses. Sekecil
apapun perannya, sebuah tim membutuhkan saling ketergantungan dengan individu
lain. Ibarat pepatah, tenggelam atau berenang bersama-sama.
b) Interaksi langsung (Face-to-Face Interaction). Memberikan
kesempatan kepada siswa secara individual untuk saling membantu dalam
memecahkan masalah, memberikan umpan balik yang diperlukan antar anggota untuk
semua individu,
dan mewujudkan rasa hormat, perhatian, dan dorongan di antara
individu-individu sehinga mereka termotivasi untuk terus bekerja pada tugas
yang dihadapi.
c) Tanggung jawab individu dan kelompok (Individual & Group
Accountability). Bahwasanya tujuan belajar bersama adalah untuk menguatkan
kemampuan akademis siswa, sehingga kontribusi siswa harus adil. Guru perlu
mengatur struktur kelompok agar tidak ada siswa yang tidak berkontribusi,
sehingga tanggung jawab seorang siswa tidak boleh dilebihkan dari yang lain.
Dalam kelompok, tidak ada menumpang dan tidak ada bermalas-malasan.
d) Keterampilan interpersonal dan kelompok kecil (Interpersonal &
small-Group Skills). Asumsi bahwa siswa akan secara aktif mendengarkan,
menjadi hormat dan perhatian, berkomunikasi secara efektif, dan dapat dipercaya
tidak selalu benar. Sering kali, kita harus menyisihkan waktu untuk
memperhatikan hal ini dan menunjukkan bahwa keterampilan kerja sama tim sangat
penting untuk mencapai tujuan pembelajaran. Salah satu cara untuk meningkatkan
kerja sama tim dan keterampilan sosial siswa adalah untuk menyisihkan waktu
secara berkala untuk membahas hal ini dengan siswa. Keterampilan sosial harus
mengajarkan kepemimpinan, pengambilan keputusan, membangun kepercayaan,
komunikasi, keterampilan manajemen konflik.
e) Proses kerja kelompok (group processing). Proses kerja
kelompok memberikan umpan balik kepada anggota kelompok tentang partisipasi
mereka, memberikan kesempatan untuk meningkatkan keterampilan pembelajaran
kolaboratif anggota, membantu untuk mempertahankan hubungan kerja yang baik
antara anggota, dan menyediakan sarana untuk merayakan keberhasilan kelompok.
One strategy is to ask each team to list three things the group has done well
and one that needs improvement (Smith, 1996). Salah satu strateginya adalah
meminta setiap tim untuk mendaftar tiga hal telah lakukan dengan baik oleh
kelompok dan satu yang perlu perbaikan. Guru juga dapat mendorong proses kerja
bagi kelas, dengan mengamati kelompok-kelompok dan memberikan umpan balik yang
baik untuk kelompok-kelompok individu atau ke seluruh kelas.
B. Kelebihan Dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif
a. Kelebihan Pembelajaran Kooperatif
1. Melalui SPK
siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru, akan tetapi
dapat menambah
kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar
dari siswa yang lain.
2. SPK dapat
mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya
dengan ide-ide orang lain.
3. Dapat membantu
anak untuk respek pada orang lain dan menyadari akan segala keterbatasannya
serta menerima segala perbedaan.
4. Dapat membantu
memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar.
5. Merupakan suatu
strategi yang cukup ampuh untuk meningkatkan prestasi akademik sekaligus
kemampuan sosial, termasuk
pengembangan rasa harga diri, hubungan interpersonal yang positif dengan yang lain, mengembangkan
keterampilan
mengatur waktu,
dan sikap
positif terhadap sekolah.
6. Melalui SPK
dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri, menerima umpan
balik. Siswa dapat
berpraktik memecahkan masalah tanpa takut membuat kesalahan, karena
keputusan yang dibuat adalah tanggung jawab kelompoknya
7. SPK dapat
meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan kemampuan belajar
abstrak menjadi nyata.
8. Interaksi
selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkan motivasi dan memberikan
rangsangan untuk berpikir.
b. Kekurangan Pembelajaran Kooperatif
Dalam pembelajaran kooperatif
terdapat beberapa kekurangan:
1. Untuk memahami
dan mengerti filosofi SPK memang butuh waktu.Ciri utama SPK adalah siswa saling membelajarkan. Oleh karena
itu, jika tanpa
teaching yang efektif,
maka
dibandingkan dengan pengajaran langsung dari guru, bisa terjadi
cara belajar yang demikian apa yang seharusnya dipelajari dan dipahami tidak
pernah dicapai oleh siswa.
2. Penilaian yang
diberikan dalam SPK didasarkan kepada hasil kerja kelompok. Namun demikian, guru perlu
menyadari,
bahwa
sebenarnya hasil atau prestasi yang diharapkan adalah prestasi setiap individu
siswa.
3. Keberhasilan
SPK dalam upaya
mengembangkan kesadaran berkelompok memerlukan periode waktu yang cukup
panjang.
Dan hal ini tidak
mungkin tercapai hanya dengan satu kali atau sekali-sekali penerapan strategi
ini.
4. Walaupun
kemampuan bekerja sama merupakan kemampuan yang sangat penting untuk siswa, akan tetapi
banyak aktifitas dalam kehidupan yang hanya didasarkan kepada kemampuan secara
individual.
Oleh karena itu
idealnya melalui SPK selain siswa belajar bekerja sama, siswa juga
harus belajar bagaimana membangun kepercayaan diri.
C. Pertimbangan
dalam Pemilihan Stratetgi Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaan
kooperatif dikembangkan berdasarkan teori perkembangan kognitif Vygotsky. Dalam
teorinya, Vygotsky percaya bahwa anak aktif dalam menyusun pengetahuan mereka.
Menurut Santrock, ada tiga klaim dalam inti pandangan Vigotsky, yaitu (1)
keahlian kognitif anak dapat dipahami apabila dianalisa dan diinterpretasikan
secara developmental; (2) kemampuan kognitif dimediasi dengan kata, bahasa dan
bentuk diskursus, yang berfungsi sebagai alat psikologis untuk membantu dan
mentransformasikan aktivitas mental; dan (3) kemampuan kognitif berasal dari
relasi sosial dan dipengaruhi oleh latar belakang sosiokultural. Implementasi
teori Vygotsky untuk pendidikan anak mendorong pelaksanaan pengajaran yang
menggunakan strategi pembelajaran kolaboratif atau pembelajaran kooperatif.
Sistem
pembelajaran dipandu oleh kode genetik dan dipengaruhi oleh input lingkungan
dalam membentuk pola respons. Aspek genetik merupakan aspek bawaan dan bersifat
permanen sedangkan input lingkungan yang paling kuat adalah pola pengasuhan
dalam hal ini orang tua dan guru. Struktur dalam pembelajaran kooperatif,
memberikan peluang yang sangat tinggi dalam mengembangkan lima sistem
pembelajaran primer anak, yaitu emosional, sosial, kognitif, fisik dan
reflektif.
Menurut Given : untuk meningkatkan efektivitas belajar, guru perlu menciptakan iklim kelas
yang kondusif bagi keamanan emosional dan hubungan pribadi untuk siswa. Guru
yang memupuk sistem emosional berfungsi sebagai mentor bagi siswa dengan
menunjukkan antusiasme yang tulus terhadap anak didik, dengan menemukan hasrat
untuk belajar, dengan membimbing mereka mewujudkan target pribadi yang masuk
akal, dan mendukung mereka dalam upaya menjadi apapun yang bisa mereka capai.
Jika pembelajaran memenuhi kriteria ini, maka kecemasan akademis diperkecil dan
sistem emosional siswa siap untuk belajar
Kecenderungan
alamiah sistem pembelajaran sosial adalah hasrat untuk menjadi bagian dari
kelompok, dihormati dan menikmati perhatian dari yang lain. jika sistem
emosioanl bersifat pribadi, berpusat pada diri dan internal, maka sistem sosial
berfokus pada interaksi dengan orang lain atau pengalaman interpersonal.
Kebutuhan sosial siswa menuntut sekolah dikelola menjadi komunitas pelajar,
tempat guru dan siswa bisa bekerja sama dalam pengambilan keputusan dan
pemecahan masalah yang nyata. Dengan berfokus pada kelebihan siswa dalam
konteks kelas, kita menerima perbedaan sebagai berkah individual untuk
dihormati, dan bukan sebagai perbedaan yang harus diperbaiki. Cara ini dapat
memaksimalkan perkembangan sosial melalui kerja sama tulus anta-individu,
perbedaan di antara mereka justru menciptakan petualangan kreatif dalam
pemecahan masalah.
Menurut Given,
sistem pembelajaran kognitif otak berhubungan dengan mendengarkan, berbicara,
membaca, menulis, dan perkembangan kecakapan akademis lainny. Sistem kognitif
mengandalkan input sensoris, dan berfungsinya perhatian, pemrosesan informasi,
dan beberapa subsistem memori secara memadai untuk mengontsruksi pengetahuan
dan kecakapan. Perhatian pada sistem kognitif menempatkan guru pada peran
fasilitator pembelajaran dan siswa pada peran pemecah masalah dan pengambil
keputusan nyata. Sistem kognitif berfungsi paling baik jika sistem lain yakni
emosional, sosial, fisik dan reflektif tidak bersaing dalam menarik perhatian.
Jika sistem emosional dan sosial tertekan, sistem kognitif kehilangan kemampuan
untuk memusatkan perhatian pada upaya mengatasi masalah dan membuat keputusan
akademis. Dengan demikian, memperoleh kecakapan dan pengetahuan menjadi prioritas
kedua dan ketiga dalam sistem operasi majemuk pikiran.
Pembelajaran
juga sangat tergantung pada kebutuhan sistem pembelajaran fisik untuk melakukan
banyak hal, serta kecenderungan siswa untuk terlibat dalam pembelajaran.
Meskipun sebagian siswa menghindari pembelajaran tactual dan kinestetik, namun
siswa lain bisa menikmati pembelajaran hanya jika modalitas ini dilibatkan.
Sistem pembelajaran fisik menyukai tugas akademik yang menantang yang mirip
olah raga, dan perlu terlibat aktif karena sistem ini tidak bisa memproses
informasi secara pasif.
Sedangkan
sistem pembelajaran reflektif melibatkan pertimbangan pribadi terhadap
pembelajarannya sendiri. Sistem ini menuntut siswa untuk memahami diri sendiri,
dan ini bisa dikembangkan dengan pelbagai cara pembelajaran. Sebagai contoh,
menyimpan catatan prestasi dan interpretasi kemajuan siswa bisa menjadi
petunjuk tentang sistem dan subsistem pembelajaran yang paling efektif untuk
anak tertentu. untuk mengoptimalkan perkembangan sistem pembelajaran reflektif,
otak perlu mendapatkan instruksi eksplisit dalam pemantauan diri dan analisis
kinerja. Disinilah peran guru dalam bertindak sebagai pencari bakat yang
mengenali kelebihan siswa, kemudian membimbing dan memupuk kelebihan itu
menjadi bakat nyata.
Aspek penting
lain yang dapat mempengaruhi efektivitas sistem kognitif di kelas adalah guru.
Guru harus menunjukkan minat dan memahami dengan baik kandungan materi yang
diajarkan. Jika siswa merasa bahwa guru antusias terhadap materinya, antusiasme
itu menular karena dapat mendorong hasrat kuat untuk belajar dan meraih
prestasi akademis. Guru pun harus menunjukkan penerimaan dan penghargaan
terhadap siswa berdasarkan kelebihan dan gaya belajar yang disukai
masing-masing.
Pembelajaran
kooperatif dirancang untuk dapat mengakomodasi kelima sistem pembelajaran yang
terdapat dalam kompleks korteks otak. Dengan rancangan pembelajaran berkelompok
dalam kelas, siswa mendapat peluang mengembangkan kemampuan dan potensi diri
melalui aktivitas individual dan kolaboratif yang proporsional. Menurut
Slavin, pembelajaran kooperatif merupakan strategi yang efektif untuk
meningkatkan prestasi terutama jika disediakan penghargaan tim atau kelompok
dan tanggung jawab individual.
Penghargaan
atau pengakuan diberikan kepada kelompok sehingga anggota kelompok dapat
memahami bahwa membantu orang lain adalah demi kepentingan mereka juga.
Sedangkan tanggung jawab individual merupakan bentuk akuntabilitas individu di
mana setiap orang memiliki kontribusi yang penting bagi tim atau kelompok.
Metode pembelajaran kooperatif telah sering digunakan oleh para guru di sekolah
selama bertahun-tahun dalam bentuk kelompok laboratorium, kelompok tugas,
kelompok diskusi dan sebagainya. Namun, penelitian terakhir di Amerika
dan beberapa negara lain telah menciptakan metode-metode pembelajaran
kooperatif yang sistematis dan praktis yang ditujukan unutk digunakan sebagai
elemen utama dalam pola pengaturan di kelas.
D. Langkah-Langkah
Pelaksanaan Strategi Pembelajaran Kooperatif
Ada beberapa langkah-langkah dalam
pelaksanaan pembelajaran kooperatif,
1. Pembentukan
kelompok,
Dalam pembentukan kelompok disesuaikan dengan
model pembelajaran kooperatif. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok
yang beranggotakan 4 sampai 5 atau 6 orang siswa. Kelompok yang dibentuk
merupakan percampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial, jenis kelamin
dan kemampuan belajar. Selain itu, dalam pembentukan kelompok digunakan nilai
tes (pre-test) sebagai dasar dalam
menentukan masing-masing kelompok.
2. Guru dan siswa
menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang
berperan sebagai pendengar. Sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai,
guru memperkenalkan keterampilan kooperatif dan menjelaskan tiga aturan dasar
dalam pembelajaran kooperatif yaitu :
a. Tetap
berada dalam kelas
b. Mengajukan
pertanyaan kepada kelompok sebelum mengajukan pertanyaan kepada guru
c.
Memberikan umpan balik
terhadap ide-ide serta menghindari saling
mengkritik sesama siswa
dalam kelompok
3.
Pembicara
membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok
dalam ringkasannya. Sementara pendengar menyimak / mengoreksi / menunjukkan
ide-ide pokok yang kurang lengkap dan membantu mengingat / menghapal ide-ide
pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya.
4. Guru
memberikan kesimpulan atau jawaban akhir dari semua pertanyaan yang
berhubungan dengan materi yang disajikan. Serta memberikan apresiasi dan nilai
kepada kelompok yang telah maju.
E. Upaya Memecahkan Kasus
Pembelajaran Kooperatif
Dalam pembelajaran kooperatif dapat terjadi beberapa
kasus. Untuk itu dilakukan uapaya-upaya pemecahan permasalahan antara lain
sebagai berikut:
1) Perlu adanya
kerja sama tim.
2) Memilki
kemampuan untuk mengusai dan mempelajari materi yang diberikan
3) Harus mampu
memahami , mendengarkan dan menyimak dalam penyampaian materi
4) Guru harus
mampu menjadi fasilitator untuk memahami karakter semua siswa agar dapat
memberikan nilai yang objektif terhadap masing-masing siswa.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dengan melihat karakteristik model pembelajaran
kooperatif yang lebih menekankan pada aktivitas belajar secara berkelompok,
model ini dapat dijadikan salah satu alternatif metode pembelajaran di kelas.
Terlebih lagi terdapat banyak tipe pada model pembelajaran ini yang dapat
disesuaikan dengan kemampuan dan karakteristik peserta didik serta materi
pembelajaran yang akan dibahas. Dengan melibatkan siswa secara aktif pada
proses pembelajaran di dalam kelas, diharapkan siswa dapat lebih ikut
bertanggung jawab terhadap peningkatan kemampuan belajarnya sendiri. Proses
pembelajaran pun akan menjadi lebih menarik dan tidak membosankan sehingga diharapkan
hasil belajar juga akan meningkat.
B. Saran
Seluruh peserta diskusi harus selalu aktif dalam kegiatan
belajar mengajar baik itu berupa bertanya, memberikan jawaban, maupun
memberikan sanggahan agar tujuan dari pembelajaran tersebut dapat dicapai dengan
maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Gulo, W. (2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Grasindo
Sanjaya,
Wina. (2011). Strategi Pembelajaran
Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Wena, Made. (2010) . Strategi Pembelajaran Inovatif Kotemporer. Jakarta : PT.
Bumi Aksara
Zaini, Hisyam dkk. (2007) Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta:
CTSD
(Centre
for Teaching Staff Develovment)
No comments:
Post a Comment