SISTEM REKUITMEN DAN KADERISASI PARTAI KEADILAN SEJAHTERA
( Hasil
pengumpulan dan penyusunan dari berbagai sumber informasi )
MAKALAH
( Diajukan
untuk melengkapi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Politik )
Disusun Oleh :
MUHAMAD YOGI
41032161121007
RIDWAN SOPIANA 41032161121016
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA
BANDUNG
2013
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan
Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “Sistem
Rekuitmen dan Kaderisasi Partai Keadilan Sejahtera”
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga
Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
Bandung, 16 November 2013
Penyusun
Muhamad Yogi
Ridwan Sopiana
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A.
Latar Belakang ........................................................................................ 1
B.
Rumusan Masalah ................................................................................... 3
C.
Tujuan ..................................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................. 4
A. Sistem Rekuitmen Partai Keadilan
Sejahtera.....................................
4
1.
Rekuitmen Fardi ............................................................................... 4
2.
Rekuitmen Jama’i.............................................................................. 5
B. Sistem Kaderisasi Partai Keadilan
Sejahtera ..................................... 7
1.
Pengkaderan Berbasis Tarbiyah ........................................................ 10
2.
Pengkaderan Tarbiyah Kampus ........................................................ 12
3.
Pengkaderan Formal Partai Keadilan Sejahtera ................................ 17
BAB III PENUTUP ......................................................................................... 19
A.
Kesimpulan ............................................................................................. 19
B.
Saran ....................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 21
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kader adalah orang atau kumpulan orang
yang dibina oleh suatu lembaga kepengurusan dalam sebuah organisasi, baik sipil maupun militer, yang berfungsi sebagai 'pemihak'
dan atau membantu tugas dan fungsi pokok organisasi tersebut . Dalam hal
membantu tugas dan fungsi pokok organisasi tersebut, seorang kader dapat
berasal dari luar organisasi tersebut dan biasanya merupakan simpatisan yang
berasaz dan bertujuan sama dengan institusi organisasi yang membinanya. Pada
umumnya penggunaan kata 'kader' sangat lekat pada partai
politik,
namum organisasi kemasyarakatan juga mempunyai kader-kader yang membantu tugas
ormas tersebut, misal: kader kesehatan; yang mana mereka bukan pegawai dinas
yang melaksanakan fungsi kesehatan. Kaderisasi merupakan usaha pembentukan
seorang kader secara terstruktur dalam organisasi yang biasanya mengikuti suatu
silabus tertentu. Kader diambil dari istilah yang diperkenalkan Lenin pada masa pembentukan Partai Komunis
Sovyet.
Mendengar
kata instan agak teringat dengan makanan yang biasanya dimakan secara instan
karena proses pembuatannya instan juga yaitu mie instan. Tapi ulasan kali ini
buka tentang cara pembuatan mie instan tetapi hanya sekedar sedikit analogi
saja tentang sesuatu yang instan.
Instan
memliki arti langsung (tanpa dimasak lama) dapat diminum atau dimakan. Hal ini
dapat dianalogikan untuk fenomena kader-kader partai politik hari ini yang ada
di DPR. Instan dalam arti tanpa proses pengkaderan yang jelas. Mempunyai modal
popularitas dan lot of money dapat membuat seseorang mewakili sebuah
partai dalam events politik negeri ini. Menjustifikasi pernyataan
beberapa orang termasuk ketua DPR bahwa proses kaderisasi partai politik yang
buruk bisa membuat lembaga DPR juga buruk. Mungkin sebuah isu lama tetapi tanpa
solusi.
Pertanyaannya
sekarang, masih adakah kaderisasi partai politik yang mencetak seseorang
menjadi politisi yang handal? ataukah hanya kepentingan pemenangan semata
sehingga kader instanpun ?
Kalau bicara
idealis kiranya kami pikir perlu adanya kaderisasi partai yang baik dan jelas.
Mencetak kader partai yang benar-benar mampu menterjemahkan ideologi, visi
partai tentunya kami pikir titik temunya pada Indonesia yang sejahtera. Tetapi
dengan proses pengkaderan seperti ini juga harus membangun semuanya, selain
kemampuan pribadi juga harus membangun diri ke masyarakat (Popularitas) dan
tentu saja masalah modal materi. Karena dengan kemampuan pribadi yang handal
tidak cukup untuk masuk jadi anggota DPR tanpa popularitas dan juga materi.
Kalau hanya mementingkan
pemenangan saja kami pikir lebih mudah. Partai politik hanya bergerilya orang
yang mempunyai popularitas dan juga banyak uangnya. Dua komponen ini kami pikir
senjata untuk pemenangan. Tentu saja berlawanan dengan yang dijelaskan di awal
tadi. Kader partai hasil dari sistem instan ini perlu dipertanyakan
kredibilitasnya. Namanya juga instan jadi tanpa proses yang jelas (positif).
Tetapi dengan cara instan ini lebih efektif dalam pemenangan partai politik.
Semuanya
mempunyai kelemahan dan kelebihan. Bagi anda yang mau jadi anggota DPR, sebelum
masuk partai politik mungkin bisa dimulai dengan meningkatkan kemampuan pribadi
(moral & intelektual) bisa melalui pendidikan dan aktif dalam organisasi
dan juga memulai melebur dengan masyarakat untuk meningkatkan popularitas
sekaligus merintis usaha agar mendapatkan uang berlimpah yang nantinya untuk
modal. Kami pikir inilah solusi kecilnya dan dengan begitu, insyaallah partai
politik yang akan menghampiri anda.
B. Rumusan Masalah
a) Bagaiman
Sistem Rekruitmen di Partai Keadilan Sejahtera ?
b) Bagaiman
Sistem Kaderisasi di Partai Keadilan Sejahtera ?
C. Tujuan
1.
Untuk mengetahui Sistem Rekruitmen di Partai Keadilan
Sejahtera
2.
Untuk mengetahui Sistem Kaderisasi di Partai Keadilan
Sejahtera
BAB
II
PEMBAHSAN
A.
Sistem Rekuitmen Partai Keadilan
Sejahtera
Sistem rekuitmen PKS dilalukan dengan dua cara rekuitmen fardi
dan jama’i. Rekuitemen fardi sendiri dilakukan oleh anggota Tarbiyah
PKS terhadap beberapa orang. Dan rekuitmen jama’i yakni rekuitmen yang
dilakukan secara kolektif dengan formal dan informal atau sering kita sebut
perekuitan langsung ke partai seperti partai partai lainnya. Dari kedua cara
rekuitmen ini, bisa di simpulkan bahwa PKS adalah partai terbuka. Terbukti PKS
tidak merekruit anggota tidak hanya dari sistem fardi tapi lewat sistem jama’i.
1.
Rekuitemen
Fardi
Rekuitmen fardi adalah rekuitmen yang dilakukan oleh anggota
Tarbiyah terhadap suatu atau dua orang dengan pendekatan pribadi atas inisiatif
sendiri atau atas rekomendasi seorang murrabbi. Rekuitemen ini dilakukan dengan
cara seseorang anggota Tarbiyah mencari calon peserta Tarbiyah, dimana calon
tersebut kemudian dikondisikan melalui tahap tahap, antara lain: ta’aruf
(pengenalan dan pendekatan), ikhtiar (upaya mempengaruhi si calon), dan
taqarrub (mendekatkan atau menghubungkan si calon dengan komunitas Tarbiyah).
Hasil dari upaya pemantauan ini kemudian dilaporkan, dibicarakan, dan
dianalisis dalam forum halaqoh berdasarkan standar syarat syarat peserta
Tarbiyah. Jika memenuhi syarat maka ia akan diarahkan untuk mengikuti halakoh
Tarbiyah.
2.
Rekruitmen
Jama’i
Rekruitmen jama’i yakni rekruitmen yang dilakukan secara
kolektif dengan cara formal dan informal. Rekruitmen jenis ini memiliki
beberapa pola:
1. Rekruitmen kepartaian, yakni
rekruitmen tehadap anggota masyarakat melalui kegiatan formal kepartaian untuk
menjadi anggota dan simpatisan partai. Kegiatan ini dilakukan melalui, pertama,
Training Orientasi 1 (TOP 1). Dari TOP 1 akan dihasilkan beberapa tingkatan
calon kader, antara lain: yang memiliki kualifikasi tertinggi akan menjadi
anggota pemula terbina. Kelompok inilah yang akan dibina dengan intensif di
“kawah candradimuka” yang disebut halaqoh tarbiyah, seperti yang di tempuh di
LDK. Kualifikasi kedua akan menjadi calon anggota pemula terdaftar yang hanya
boleh mengikuti Ta’lim Rutin Partai (TRP). Sedangkan kualifikasi terendah akan
menjadi calon anggota partai yang hanya menerima KTA, yang berfungsi menambah
dukungan dan suara bagi partai. Kedua, Training Orientasi Partai II (TOP II).
TOP II berfungsi meningkatkan peserta TRP dan yang menerima KTA untuk bisa
menjadi Anggota Pemula Terbina atau halaqoh Tarbiyah level pemula.
2. Rekruitmen melalui pendaftaran
peserta. Pendaftaran peserta ini bisa dilakukan di sekretariat tingkat pusat,
wilayah, daerah, cabang, hingga DPRa, di rumah rumah kader PKS atau melalui
wwebsite. Para peserta yang mendaftar juga akan di training melalui TOP 1, TOP
2, dan diupayakan bisa mengikuti Tarbiyah anggota level pemula.
3. Rekruitmen melalui Lembaga Dakwah
Sekolah dan Lembaga Dakwah Kampus. Hasil dari rekruitmen ini juga diarahkan
untuk mengikuti Tarbiyah anggota pemula.
4. Rekruitmen juga bisa dilakukan
melalui berbagai kegiatan yang lain, seperti majelis ta’lim, studi intensif,
kegiatan Ramdhan, pelatihan, baksos, santunan, dan kegiatan keegiatan yang lain.
semua jenis rekruitmen ini berorientasi menjadi pintu masuk bagi calon kader
untuk menjadi peserta Tarbiyah level pemula.
Dalam merekrut calon PKS tidak mau main main, PKS bisa
merekruit sekaligus menyeleksi mana yang pantas memegang dakwah PKS di parlemen
dan lingkungan. Islam telah menjadikan sebagai tugas muslim untuk membentuk
masyarakat yang sehat, yang bersih dari korupsi dan perbuatan tercela dan untuk
berkelakuan baik dan menghidarkan kezaliman. Tapi disisi lain PKS melakukan
rekruitmen anggota dari orang-orang yang berlatar belakang non-tarbiyah. Bahkan
pada pemilu 2004, partai PKS menjaring lebih dari 30 calon legislatif non
muslim. Disamping itu, PKS juga merekrut orang-orang non muslim sebagai
anggotanya. Hal ini terlihat dari di sahkanya DPD Partai Keadilan Piniai pada
tanggal 5 Juni 2002, yang mayoritas pengurusnya beragam kristen. Para pimpinan
PKS juga memberikan kesempatan kepada tokoh agama hindu untuk menjadi anggota
legislatif. PKS yang bertransformasi menjadi partai terbuka memang mengagetkan
semua pihak, pasalnya PKS sangat menjunjung tinggi nilai nilai Islam. Tapi
menurut pandangan PKS sendiri tidak menjadi masalah menjaring anggota non
Muslim, karena inilah dakwah di negeri plurarisme yang sebenarnya. PKS sendiri
menjaring non Muslim masuk kedalam partai bukan melalui kaderisasi Tarbiyahnya
melainkan melalui anggota kehormatan. Penjaringan non Muslim kedalam partai
merupakan strategi PKS untuk menaikan pamor PKS yang terbuka terhadap
plurarisme, sehingga PKS bisa mendapat masa banyak dalam pemilu. PKS memang
partai kader tapi PKS sendiri menginginkan masa yang banyak. Karena dengan
memiliki kader yang solid dan ditambah pula masa yang banyak, PKS akan mudah
memenangkan pemilu di Indonesia.
B. Sistem
Kaderisasi Partai Keadilan Sejahtera
Sebagai
Partai Kader PKS memiliki sistem kaderisasi kepartaian yang sistematis dan
metodik. Kaderisasi ini memiliki fungsi rekruitmen calon anggota dan fungsi
pembinaan untuk seluruh anggota, kader dan fungsionalis partai. Kaderisasi PKS
sendiri memiliki sebuah fungsi yang sangat banyak untuk partai. Fungsi fungsi
ini dijalankan secara terbuka melalui infra struktur kelembagaan partai yang
tersebar dari tingkat pusat hingga tingkat ranting, fungsionalis berjalan
sepanjang waktu selaras dengan tujuan dan sasaran umum partai, khususnya dalam
bidang penyiapan sumber daya manusia.
Langkah awal bagi pembinaan pribadi lalu lanjut pembinaan
keluarga, masyarakat dan lingkungan diawali dari pembinaan kader PKS itu
sendiri. PKS memandang bahwa proses dakwah parlemen hanya bisa dilakukan dengan
pribadi pribadi yang shaleh. Jika jiwa pribadi bersih otomatis dakwah akan
berjalan dengan lancar. Membentuk jiwa yang bersih menjadi sebuah kunci untuk
membentuk keluarga yang shaleh. Setelah itu keluarga keluarga itulah yang akan
membentuk masyarakat yang islami. Individu merupakan alat masayarakat dan
negara yang terpenting dalam melaksanakan tugas sosial politik demi membangun
cara untuk berhasil di dakwah parlemen.
Secara umum, pengkaderan di kalangan PKS terdiri dari tiga
jenis, yakni Tarbiyah, pengkaderan underbrow PKS, dan yang terakhir adalah
pengkaderan formal kepartaian PKS sendiri. Tiga jenis pengkaderan ini merupakan
kesatuan yang saling menopang dan bahkan sering sekali bertemu dalam satu
bentuk dan satu iven yang sama sehingga tiga lapis pengkaderan ini acap kali
terlihat tumpang tindih.
Pengkaderan Tarbiyah merupakan pembinaan suatu kelompok
kecil (Halaqoh) berkisar 5-10 orang di bawah bimbingan murabbi. Kegiatan
seperti ini pada awalnya dilakuakan di kampus kampus, tapi seiring
berkembangnya dakwah ke masayarakat, akhirnya pembinaan Tarbiyah ini dilakukan
dikalangan masayarakat umum.
Organisasi underbrow PKS mengembangkan pola pengakaderan
sendiri sendiri. Organisasi organisasi underbrow PKS seperti Garda Keadilan,
Serikat Pekerja Keadilan (SPK), Perhimpunan Petani Nelayan Sejahtera Indonesia
(KAPMI) adalah organisasi yang bergerak dibidang sosial kemasyarakatan. Selain
kelompok kelompok yang secara formal bukan underbrow PKS namu berafiliasi
secara ideologis ke partai ini, seperti ROHIS dan LDK juga mengembangkan pola
pengkaderan yang khas. Contoh seperti ROHIS dikenal sebagai pengkaderan yang
dinamai Latihan Dasar Kepemimpinan, sementara di LDK ada pembinaan bernama
Kajian Rutin. Organisasi atau kelompok ini sangat solid, dan memiliki daya
juang yang tinggi untuk berdakawah di lingkungan. Mereka pun sering melakukan
gerakan gerakan bantuan jika ada musibah yang menimpa daerah daerah di
Indonesia.
Sedangkan pengkaderan formal partai dilakukan secara resmi
oleh kepengurusan dari Dewan Kepengurusan Ranting (DPRa) hingga Dewan Pengurus
Pusat (DPP). Ada tujuh jenjang dalam pengkaderan formal ini yakni, TOP 1
(Training Orientasi Partai Satu), TOP 2; TDI (Traning Dasar Satu). TD 2 ; TL 1
(Training Lanjutan Satu), TL 2, dan training management dab kepemimpinan sosial
(TMKS). Pengkaderan formal ini merupakan sarana pemibinaan kader sekaligus
penjenjangan bagi mereka yang akan berimplikasi pada distribusi peran dan
posisi struktural di PKS. Ditengah ketiga jenis pengkaderan PKS ini, sistem
pengkaderan PKS yang paling terkenal adalah pengkaderan Tarbiyah yang sekarang
lebih dikenal dengan kegiatan Liqo (Pertemuan) dan mentoring yang menjadi
posisi kunci bagi pengkaderan PKS. Masing masing sitem pengkaderan PKS tetap
menjadikan pengkaderan PKS menjadi penngkaderan utama.
Sebagaimana telah dikemukakan dalam bab bab terdahulu,
sistem pendidikan Tarbiyah di kampus kampus yang dilakukan oleh PKS ini
dilestarikan, diatur, diformalkan, dan distandarkan. Untuk itu DPP PKS telah memproduksi
modul panduan yang menjadi acuan resmi pengkaderan di partai ini. Pada tahun
2003, PKS menerbitkan sebuah modul berjudul “Management Tarbiyah Anggota
Pemula”. Kemudian pada tahun 2005 terbit modul yang lebih lengkap yang tidak
saja diperuntuhkan bagi anggota madya, dan anggota dewasa. Modul tersebut
berjudul Manhaj Tarbiyah PK Sejahtera Modul yang dipakai PKS ini mencoba
memperkenalkan ideologi dan pemikiran anggota PKS dalam proses dakwahnya. Tapi
jika kita lihat makna dari isi modul tersebut mengandung makna positive.
Pasalnya modul yang diterapkan PKS berbeda dengan modul modul partai lain. Isi
dari modul tersebut memang memperkenalkan cara berfikir PKS, tapi disisi lain
modul tersebut mengajarkan kepada peserta didik untuk mengerti bagaimana cara
berdakwah politik di parlemen, sistem organisasi partai Islam (PKS) dan
tentunya memperluas wawasan keislaman.
Dari ketiga cara pengkaderan yang dilakukan PKS mulai dari
pengkaderan Tarbiyah, pengkaderan underbrow, dan pengkaderan formal
partai. Mungkin penelitian ini akan lebih fokus melihat serta menganalisis
tentang pengkaderan Tarbiyah PKS yang menjadi pengkaderan utama dalam PKS. Dari
pengkaderan Tarbiyah tersebut akan menghasilkan kader kader yang bagus untuk
masuk kedalam poisis strategis di partai.
1. Pengkaderan Bebasis Tarbiyah
Sistem pengkaderan Tarbiyah PKS adalah sistem pengkaderan
utama di partai. Sistem ini nampaknya merupakan adopsi pengkaderan Tarbiyah
Ikhwatul Muslimin. Hal ini meliputi landasan filosofis, ideologis, dan mab’da
(prinsip) keagamaan, tujuan dan target pendidikan, manhaj (metode) dan tahap
pentahapan, saran sarana pendidikan yang dipakai. Tarbiyah PKS hanya melakukan
adaptasi terbatas terkait dengan materi pendidikan serta menghilangkan sarana
pendidikan yang tidak sesuai dengan kondisi dan kebutuhan di Indonesia.
Landasan mab’da Tarbiyah PKS bersumber dari prinsip prinsip
Ikhwatul Muslimin. Prinsip prinsip Islam ini tidak mengalami penambahan dan
pengurangan sedikitpun. Islam yang lurus ini tercermin dalam dua puluh prinsip
Islam yang dirumuskan oleh Imam Hasan Al Bana. Konsep Islam Khaffah yang
menjadi ideologi utama serta corak pemahaman Islam Tarbiyah PKS bersumber dari
prinsip prinsip tersebut. Target dan tujuan pendidikan di Tarbiyah PKS
mengdopsi penuh dari rumusan IM. Dalam modul management Tarbiyah diharapkan
menghasilkan kriteria yang diharapkan oleh PKS. Mengenai manhaj dan pemantapan,
PKS mengdopsi pendekatan tadarruj (gradual) yang diterjemahkan dalam pentahapan
yang dirumuskan Ikhwatul Muslimin, yakni:
a.
Ta’rif (pengkokohan)
b.
Tanfidz (pelaksanaan)
c.
Tamkin (pengokohan)
Sementara
mengenai sarana pendidikan Tarbiyah PKS melakukan adaptasi dengan memakai
sarana usroh atau sering kita sebut halaqoh, dauroh (ceramah), tausiah (ceramah
singkat), seminar, bedah buku, mukhayam (kemah), mabit (bermalam), rihlah
(berwisata), baca buku, taklim rutin PKS, bakti sosial, tarhib (ibadah khusus)
Ramadhan, kajian fiqih dan belajar taksin.
Kegiatan kegitaan yang dilakukan PKS tersebut bisa
disimpulkan bahwa kegiatan kegiatan seperti ini jarang dilakukan oleh partai
partai lain. Dengan melakukan kegiatan kumpul bersama seperti itu otomatis akan
menguatkan tali silahturahmi sesama kader PKS. Dari penguatan silahturahmi ini
akan menghasilkan kader kader yang solid, serta dengan kegiatan yang menarik
seperti ini PKS akan mudah mendapatkan simpatisan untuk masuk kedalam kader.
2.
Pengkaderan Tarbiyah Kampus
Aspek utama dalam jaringan Tarbiyah PKS adalah Masjid
Kampus. Masjid kampus menjadi fokus kelembagaan jejaring sosial dan keagamaan
jemaah Tarbiyah. Tumbuhnya minat dalam mempelajari agama dan meperaktikannya
bisa Di fasilitasi melalui masjid kampus. LMD (Lembaga Mujahid Kampus) sejak
tahun 1974 menyelenggarakan praktik praktik reguler. LMD juga mempengaruhi
perkembangan jejaring Tarbiyah.
Setelah LMD kegairahan dalam berislam di kalangan mahasiswa
semakin berkembang pesat setelah LDK (Lembaga Dakwah Kampus) secara
formal bermunculan dikampus kampus. LDK mendapat dana dari universitas. LDK
sendiri dijadikan wadah formal para aktivis dakwah melalui rekruitmen besar
besaran pada mahasiswa baru. Terakhir jejejaring sumber daya organisasi
Tarbiyah memiliki hubungan dengan KAMMI. Pembentukan KAMMI dalam perjuangan
menuntut reformasi menjadi tahap transformasi perjuangan jamaah Tarbiyah dalam
menggunakan institusi yang lebih formal dan transparan untuk memperjuangkan
cita cita sosial dan politiknya.
Pengkaderan Tarbiyah di kampus kampus sangatlah penting
karena selain berdakwah di kampus juga mencari bakat bakat yang berintelektual
untuk di rekruit kedalam kader partai. Untuk memahami sistem pengkaderan PKS,
kita perlu menelah sistem pengkaderan Tarbiyah PKS di kampus kampus.
Pelaksanaan pola Tarbiyah di kampus kampus secara umum mengikuti tiga tahapan:
ta’rif, takwin, dan tanfids.
Ta’rif adalah fase pengenalan Islam kepada objek dakwah
melalui berbagai sarana, baik melalui pendekatan personal maupun pendekatan
masal. Dalam dakwah kampus, tahap ini diimplementasikan dalam bentuk pendekatan
personal (dakwah fardiyah) di mana seorang aktivis dakwah kampus secara khusus
dan intensif melakukan pendekatan dan interaksi personal dengan calon objek
dakwah. Selain itu bentuk kedua dari ta’rif adalah daurah (training) dalam
rangka rekruitmen yang diikuti sejumlah mahasiswa, biasanya dilakukan pada hari
hari libur. Dalam acara yang berlangsung selama
1 hingga 2 hari, peserta training diperkenalkan dasar akidah Islamiyah.
Kemudian betuk ke 3 adalah marhalah ta’rif yaitu penerbitan berbagai media
informasi yang dikelola di kalangan tarbiyah, seperti mading, Rohis, buletin
Rohis hingga penyebaran majalah Islam. Bentuk ke empat dari ta’rif adalah
program mentoring mahasiswa terhadap peserta baru oleh ADK (Aktivis Dakwah
kampus ) .
Jika dilihat dari fakta lapangan, biasanya peserta yang
telah mengikuti tahap ta’rif ini menerima makna positive dan cendrung berubah
menjadi lebih islami. Perubahan perubahan tersebut antara lain seperti,
penggunaan jilbab, memanjangkan jenggot, dan pembiasaan mengunakan idiom bahasa
Arab. Para peserta didik ini memiliki solidaritas yang tinggi jika ada salah
satu peserta yang terkena musibah langsung di bantu satu sama lain. Sementara
itu, tahap takwin (pengkaderan) dimulai ketika objek dakwah yang terekrut dalam
ta’rif dinilai serius dan berpotensi menjadi Aktivis Dakwah Kampus. Pembinaan
pada tahap ini dilakukan dalam halaqoh Tarbiyah, yaitu kelompok kecil yang
berisikan 5 sampai 10 orang yang dibimbing oleh murabbi (pembimbing). Proses pembinaan
berjalan intensif dalam pertemuan (liqa) yang dilaksanakan sepekan sekali.Dalam
liqa tersebut peserta Tarbiyah diberikan kurikulum yang diterbitkan oleh
PKS. Kurikulum ini bakukan PKS untuk dijadikan modul management Tarbiyah.
Didalam modul Tarbiyah tersebut menyajikan satu di antara
sekian materi materi halaqoh. Harapan dari modul tersebut untuk mempermudah
para murabbi dan para aktivis Tarbiyah dalam melakukan aktivitasnya. Modul
tersebut juga berharap mampu menjembatani kelangkaan bahan kajian aktivis
Tarbiyah. Setelah melewati fase tahapan ta’rif dan ta’win masuk ketahapan ke
tiga yaitu tanfidz. Tahap tanfidz adalah tahapan realisasi kerja kerja dakwah.
Para aktivis yang sudah mengikuti tahap takwin atau yang dinilai sudah siap,
diarahkan menjadi pekerja pekerja dakwah kampus yang sering disebut Aktivis
Dakwah Kampus. Merekalah yang mulai mendapatkanamanah untuk memimpin
kepengurusan di berbagai lembag di lingkungan kampus, mengorganisir berbagai
lembaga di lingkungan kampus,mengorganisir berbagai kegiatan reguler dan
insidental serta difungsikan sebagai murabbi di kampus. Pada tahap ini,
pengendalian kerja dakwah bukan lagi dilakukan oleh halaqoh, tetapi di struktur
dakwah yang ada di setiap kampus atau fakultas.
Pembinaan kader Tarbiyah dikampus dilakukan selama masa
kalender akademik. Para Aktivis yang sudah di anggap mampu untuk merekrut
anggota anggota baru, dan yang merekruit itu menjadi murabbi untuk peserta
barunya. Rekruitmen Tarbiyah dikampus ini dilakukan setiap semester baru atau ketika
penerimaan mahasiswa baru . Rekruitmen yang dilakukan seperti mengandung makna
positive sekali bagi halaqoh Tarbiyah. Selain bisa menyebarkan dakwah kampus ke
pemuda pemuda, pola Tarbiyah kampus ini bisa menyebar keseluruh universitas di
Indonesia.
Proses pengkaderan Tarbiyah bisa dikatakan sukses. Setelah
seukses dikembangkan menjadi sistem pengkaderan di pengkaderan resmi Partai
Keadilan Sejahtera. Manhaj dakwah PKS tidak berbeda denaagn yang berlaku di
Tarbiyah , manhaj ini kemudian di letakan sebagai tahap awal pengkaderan, yakni
anggota pemula. Pada perkembangannya, PKS kemudian mengembangkan manhaj
Tarbiyah lanjutan yang diperuntukan bagi anggota muda, madya, dan dewasa yang
diselaraskan dengan jenjang pengkaderan dan pembinaan kader partai, pelatihan
kepartaian, training dasar, training lanjutan, dan kegitan lainnya. Sistem
pengkaderan Tarbiyah PKS yang lebih holistik menjadikan seorang da’i yang
produktif dan mampu menanggung beban dakwah. Sedangkan misi yang di patok PKS
dalam manhaj Tarbiyah:
a.
Menyiapkan seprang Dai yang memiliki
pengetahuan keIslaman.
b.
Menyiapkan seorang Dai dalam
mengembangkan bakat bakat pribadi demi kamandirian.
c.
Menyiapkan Dai yang memiliki
berbagai keterampilan belajar maupun keterampilan hidup.
d.
Menyiapkan seroang Dai yang memiliki
Ilmu pengetahuan kontemporer sehingga mampu beradaptasi dengan
perkembangan metode dan kehidupan di masayarakat.
e.
Menyiapkan seorang Dai untuk
berdakwah secaar profesional dengan mengenal lingkungan sosial masayarakat
terutama lingkungan sosialnya.
f.
Menyiapkan seorang Dai yang
berkemampuan membangun masayarakat madani.
Program kerja PKS dengan menerapkan management Tarbiyahnya
bisa dikatakan berhasil. Pasalnya peserta didik Tarbiyah di didik dari kecil
sampai ketingkat dewasa, dan dari orang yang biasa biasa saja menjadi orang
yang luar biasa untuk berdakwah, baik itu berdakwah di parlemen maupun
berdakwah di masayarakat. Kunci dari keberhasilan PKS mendapatkan atau
melahirkan kader kader yang solid berasal dari jejering Tarbiyah ini. Selain
itu lulusan dari pengkaderan Tarbiyah ini bisa dipromosikan atau menduduki
kursi penting di partai dengan melewati tahapan tahapan terlebih dahulu.
Misi Tarbiyah PKS ini nampaknya berhasil, pasalnya banyak
Dai Dai yang memiliki kemampuan yang hebat di lingkungan bangkan dalam ruang
lingkup nasional. Setelah menerima pembelajaran awal dari Tarbiyah seseorang
secara mengejutkan menjadi Dai yang disipakan untuk berdakwah di lingkungan.
Ini menandakan pola pengkaderan Tarbiyah yang dilakuakan PKS terhadap peserta
Tarbiyah sangat berguna untuk masayarakat dan PKS sendiri.
Disini mungkin bisa kita lihat secara jelas bahwa kaderisasi
PKS sangat unik dan beda dengan partai partai lain. PKS mampu melahirkan
pendukung dan kader yang solid karena sudah di didik dengan managemen
Tarbiyahnya. Bisa kita analisis bahwa walaupun PKS dalam kondisi apapun mereka
tetap memiliki pendukung yang setia dan terus menurus mendukung dakwah PKS
3.
Pengakaderan
Formal Partai Keadilan Sejahtera
Kaderisasi formal PKS dilakuakn dengan tujuh jenjang. Tujung
jenjang tersebut antara lain:
a.
Training Orientasi Partai 1 (TOP 1).
TOP 1 ini yakni rekruitmen Lembaga Dakwah Kampus (LDK) yang dilakukan satu
sampai akhir pekan. Pada training ini peserta Tarbiyah diperkenalkan pemahaman
dasar tentang eksitensi dan struktur pengenalan PKS.
b.
Training Orientasi Partai 2 (TOP 2).
TOP 2 dilakuakan dengan halaqoh yang dipimpin oleh murabbi dan setelah
lulus menyandang Anggota Pemula Terbina.
c.
Training Dasar 1 (TD 1). TD 1
diikuti oleh peserta yang sudah lulus dalam jenjang pertama. Tahap ini di
peruntuhkan kepada angggota muda (Muayid). Dalam tahap ini kurikulum akan fokus
pada pendalaman nilai nilai keagamaan.
d.
Training Dasar 2 (TD 2). TD 2 ini
adalah lanjutan dari Tarbiyah anggota muda. Pada level ini, manhaj Tarbiyah
yang digunakan adalah manhaj Tarbiyah anggota madya. Lulusan level ini
menyandang prdeikat Anggota Madya.
e.
Training Lanjutan 1 (TL 1). TL
1 adalah jenjang akhir manhaj Tarbiyah PKS, yakni manhaj Tarbiyah anggota
dewasa. Materi yang diperuntuhkan adalah dasar dasar keIslaman, pengembangan
diri, dakwah dan pemikiran Islam, wawasan masayarakat.
f.
Training Lanjutan 2 (TL 2). TL 2 ini
tetap harus mengikuti kurikulum yang sudah ditetapkan oleh PKS. Setelah lulus
dari TL 2 ini kemungkinan para peserta didik dinominasikan untuk jabatan
jabatan didalam partai.
g.
Training Management dan
Kepemimpinan. Di training ini peseta benar benar di didik dan persiapkan untuk
anggota inti di PKS. Lulusan dari Training ini adalah mencapai predikat Anggota
Purna yang merupakan anggota tertinggi di dalam perjenjangan PKS.
Selain
tahap tahap pengkaderan (Training) di atas ada beberapa anggota yang tidak
melewati fase tahapan seperti ini. Anggota yang tidak melewari Training
training tersebut di anggap anggota kehormatan. Anggota yang diangkat
berdasarkan kriteria kriteria tertentu, misalkan ketokohannya yang sudah
dikenal masyarakat, atau karena keahliannya dalam bidang tertentu. Tapi anggita
kehormatan ini tetap harus mengikuti orientasi partai yang disebut Orientasi
Partai dan Tokoh (OPT).
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
PKS (Partai Keadilan Sejahtera) merupakan partai yang
berideologi Islam di Indonesia. Walaupun partai ini berideologi Islam, tapi
partai ini mampu bertransformasi menjadi partai terbuka. Dan itu tidak menutup
kemungkinan bahwa orang non Muslim bisa masuk menjadi anggota partai.
Sistem rekruitmen yang bagus dan di dukung dengan sistem
kaderisasi yang solid mampu melahirkan kader kader yang sangat berperan penting
di PKS. Para peserta awal yang telah di rekruit oleh PKS kemudian di didik
dengan kurikulum yang telah di buat oleh PKS. Di dalam pola kaderisasi PKS
mengajarkan kepada pendidik untuk mengenal PKS secara dalam serta memahami
Islam dan politik dan memperdalam ilmu agama.
PKS sendiri selain merekruit masyarakat, PKS juga merekruit
mahasiswa/ pelajar untuk masuk kedalam kader. Di kampus contohnya PKS memiliki
kaderisasi Tarbiyah yang menjadi wadah pendidikan Tarbiyah di kampus kampus.
Para pelajar yang masuk kedalam LDK akan di perkenalkan lebih jauh tentang PKS
sendiri.
Setelah menjadi anggota partai inti, anggota partai sudah
siap utuk melanjutkan tongkat estafet perjuangan PKS di kanca perpolitiakan
Indonenesia. PKS telah berhasil melahirkan kader kader yang berkualitas serta
loyal untuk membangun partainya. Ini semua tidak lepas karena program pola
kaderisasi Tarbiyah yang sangat bagus untuk partai.
B.
Saran
Kami mengarahapkan kepada setiap parpol untuk melakukan
rekuitmen dan kaderisasi yang benar artinya tidak instan begitu saja tapi harus
melalui berbagai tahapan proses seleksi baik secara administratif maupun
akademik agar kader kader yang di hasilkan berkualitas
DAFTAR
PUSTAKA
DPP Partai Keadilan Sejahtera. 2009.
Profil Kader Partai Keadilan Sejahtera.
Bandung:
PT Syaamil Cipta Media
Machmudi, Yon.2005. Partai
Keadilan Sejahtera: Wajah Baru Islam politik di
Indonesia. Bandung: Harakatuna Publishing.
Majelis Pertimbangan Pusat (MPP)
PKS. 2007. Falsafah Dasar Perjuangan
PKS.
Tanpa tempat : Tanpa penerbit
Muhtadi, Burhanuddin.2012. Dilema
PKS: Suara dan Syariah. Jakarta:
Kepustakaan Populer Gramedia.